Blog ini dibuat dengan tujuan membagi ilmu yang sudah didapatkan dengan belajar maupun blogging. Semoga ketika kita tidak bisa Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, kita masih bisa Tut Wuri Handayani. (Nugroho Dwi Raharjo)

Kunjungan ke PANTI ASUHAN HAFARA

| Monday 23 June 2014
 
Nugroho Dwi Raharjo
A3-11
NPM. 11144600120

Assalamu'alaikum wr.wb

Alhamdulillahirobbil’alamin. Berkat rahmat Allah SWT, kegiatan kunjungan dan silaturahim ke Panti bersama Ibu Enik Nur Kholidah, keluarga besar kelas A3 2011 PGSD UPY, dan beberapa teman dari Program Studi Bimbingan dan Konseling UPY akhirnya terlaksana dengan lancar. Pada tanggal 6 Juni 2014, kami beserta rombongan mengunjungi salah satu panti yang terletak tidak jauh dari kampus Universitas PGRI Yogyakarta tepatnya di Panti Hafara Yogyakarta, yang beralamat di RT.05/RW.17 Gonjen, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.


YUK LANGSUNG AJA
      Sangat berbahagia ketika kedatangan kami disambut hangat oleh pengurus panti beserta anak-anak panti itu sendiri. Setibanya kami di panti tersebut, salah satu dari pengurus panti mempersilakan kami untuk duduk dan berkumpul di sebuah pendopo. Tak lama kemudian, acarapun dimulai. Seluruh mahasiswa mendengarkan dengan seksama kata-kata sambutan yang diberikan oleh perwakilan mahasiswa, termasuk dari Dosen Bimbingan dan Konseling Ibu Enik Nur Kholidah dan sambutan dari Panti Hafara. Suasana menjadi semakin hangat ketika acara dilanjutkan wawancara dengan petugas atau pengurus panti maupun anak-anak panti di sana. Melalui obrolan tersebut, kami menjadi tahu banyak hal tentang Panti Hafara.
 
       Berdirinya Panti Hafara ini ternyata berawal dari kegelisahan kehidupan di jalanan yang bukanlah suatu hal yang mudah, mungkin bisa diumpamakan “nyawa menjadi taruhannya”. Beberapa orang yang di dalamnya ada yang pernah tercebur di jalanan melakukan obrolan-obrolan, saling bertutur cerita pengalaman semasa menjadi anak jalanan. Akhirnya pada tanggal 17 November 2005 dideklarasikanlah sebuah lembaga sosial bernama Hafara, bertempat di TKIT Al-Hamdulillah Kasihan Bantul Yogyakarta. Nama Hafara dicetuskan oleh Em Ha Ainun Najib. Kepanjangan dari HAFARA adalah “Hadza Min Fadli Rabbi”, yang artinya Kemurahan hati Tuhan. Ternyata ada suatu harapan dibalik semua itu agar organisasi tersebut selalu mendapat kemurahan dari Tuhan, serta diberi kemudahan dalam perjuangannya mengentaskan anak jalanan.
YUK KE TKP!!!

Beberapa Pelayanan yang telah dapat tercover Panti HAFARA antara lain :
1. Panti Anak Hafara merupakan pelayanan dan pembinaan dalam Panti Anak Hafara yang diperuntukan kepada anak-anak yatim dan dhuafa binaan Panti Hafara, sistem pembinaan yang diterapkan dalam Panti Anak Hafara adalah sistem pemondokan untuk memudahkan monitoring perkembangan anak, melatih kemandirian, kedisiplinan serta kemampuan bersosialisasi dari anak-anak Hafara. Fasilitas yang disediakan untuk menunjang pembinaan dipanti Hafara antara lain : asrama, perpustakaan, fasilitas IT (Komputer), pemenuhan perlengkapan penunjang sekolah. Kegiatan mentoring dan pembimbingan rutin yang diperuntukan kepada anak-anak Hafara. Berikut adalah beberapa diskripsi kegiatan rutin Panti Anak Hafara: bimbingan ketakwaan, pengajian dan TPA, pendampingan BIMBEL Privat, kelas kreatif, dan pertunjukan musik. Jadi di panti ini semua dilayani dan mendapat haknya.


2. Panti Sosial Pondok Dhuafa (PSPD) adalah sistem pemondokan seperti pada pondok-pesantren dengan syarat “kontrak-sosial” kepada rekan-rekan pasca gepeng (gelandangan-pengemis). Mereka yang telah masuk kedalam panti, tidak boleh lagi turun kejalan dan harus ikut berpartisipasi dalam usaha-usaha ekonomi produktif yang dikembangkan Panti Hafara . Berikut beberapa fasilitas yang diberikan Panti Hafara kepada rekan-rekan pasca gepeng binaan Panti Hafara: asrama/kamar tinggal, pelibatan dalam usaha ekonomi produktif panti, konsumsi/permakanan untuk kesehariannya.  

3. Panti Rehabilitasi Gangguan Kejiwaan/Psikotik. Seiring berjalannya waktu Panti Hafara, kini telah dapat melakukan pelayanan pembinaan dan rehabilitasi kepada penderita gangguan kejiwaan/mental (psikotik) secara mandiri dalam Panti Rehabilitasi Gangguan Kejiwaan/Psikotik. Untuk memaksimalkan pelayanan tersebut panti Hafara menyediakan fasilitas pendukung untuk rehabilitasi psikotik antara lain: kamar isolasi, asrama/kamar tinggal, konsumsi/permakanan.

         Kurang lebih 8 tahun sudah Panti Hafara ini berdiri di bawah naungan yayasan. Panti yang bertempat di tanah milik desa ini dan memiliki sekitar 40 anak yang terdiri dari anak yatim, anak piatu, serta yatim piatu bahkan ada yang diantar oleh masyarakat dari jalanan. Anak-anak tersebut disekolahkan di sekitar panti Hafara seperti di SMP PGRI, Mataram, SD Brajan dan Muhammadiyah. Keseluruhan anak Panti Hafara menganut agama Islam. Adapun pengurus Panti Hafara ini berjumlah 12 orang. 

        Kamipun sangat terkesan saat dipertemukan dengan salah satu pemuda bernama F yang memiliki tekad yang sangat luar biasa. Pemuda yang berasal dari Jakarta ini adalah mantan pecandu narkoba yang disebabkan oleh gangguan yang terjadi karena sosial di sekelilingnya. Pada awalnya F tahu Panti Hafara ini dari anggota keluarganya. Berawal dari situlah, kini F sudah sembuh dari kebiasaan buruknya sebagai pecandu narkoba. Berkat dengan memotivasi dirinya sendiri, F berhasil terlepas dari kebiasaan buruknya dan berubah ke zona yang lebih baik dengan tekad ingin hidup lebih berarti. Sampai saat inipun F belum kembali ke tempat kelahirannya Jakarta, begitu pula dari pihak keluarganya yang tidak memperbolehkan F untuk kembali pulang. Orang tua F khawatir terhadap anaknya jika sekembalinya ke Jakarta, dia menjadi pecandu narkoba lagi. Akan tetapi setiap satu bulan sekali F selalu rutin dijenguk oleh orang tuanya. F berkata kepada kami bahwa dia bertekad menjadi relawan di Panti Hafara agar hidupnya lebih berarti lagi. 
 
 
       Usai wawancara dengan pengurus Panti Hafara, kegiatan semakin menarik dengan adanya beberapa permainan yang dilaksanakan bersama-sama antara mahasiswa dan anak-anak Panti Hafara. Permainan begitu sederhana namun dapat membuat kami maupun anak-anak Panti Hafara tertawa penuh keceriaan. Kebersamaan dan kerjasama dalam menyelesaikan seluruh permainan ini membuat suasana menjadi semakin akrab. Tidak ada batasan status antara mahasiswa, dosen, maupun anak-anak panti.  Sehingga perasaan canggung atau malu lebur seketika menjadi gelak tawa yang lepas.

Jangan lupa untuk selalu memberikan
atau yang penting isi centangnya yah hehehehe
Sekian yang dapat dibuat oleh saya, semoga bermanfaat dan jika ada banyak salah kata tolong dimaafkan kareana kelebihan hanya milik Alloh semata

IPS Kelas 3 - Mengenal Uang

| Friday 18 October 2013
UANG
Uang dalam ilmu ekonomi tradisional diartikan sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima secara  khalayak umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran utang.

Lebih lengkapnya bisa download bukunya disini
Soal dan pembahasan

PKn Kelas 3 - Pentingnya Harga Diri

| Thursday 17 October 2013
Pentingnya Harga Diri

Harga diri diartikan kehormatan diri. harga diri merupakan pendapat seseorang mengenai dirinya sendiri, terutama sesuatu yang kamu pikirkan tentang dirimu .
Ada beberapa cara menjaga dan meningkatkan harga diri, yaitu : memiliki pendirian yang teguh, memiliki sikap tanggung jawab, membantu setiap orang dengan tulus.
Harga diri ditentukan oleh sikap & dan tingkah laku dalam berbicara dengan orang lain, cara berpakaian, cara berpenampilan .   

Selengkapnya bisa download disini
Soal dan Pembahasan

Matematika Kelas 3 - Letak Angka Pada Garis Bilangan

| Wednesday 16 October 2013

1.GARIS BILANGAN

1    2    3    4    5    6    7    8    9    10
Urutan bilangan pada garis bilangan di atas menunjukkan makin ke kanan bilangannya makin ¬¬besar. Bilangan yang terletak di sebelah kanan lebih besar daripada bilangan yang terletak di sebelah kiri.

2. MENGURUTKAN BILANGAN
    Contoh: urutkan bilangan di dalam kotak ini
         
   
    Jawab : bilangan diatas dapat diurutkan menjadi:
             37    39    40    41    42    43   44    45    46    48

3. Menentukan pola pada barisan bilangan
  •     1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, ....        Ini merupakan pola bilangan langkah/lompat1
  •     0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, ...       Ini merupakan pola bilangan langkah/lompat 2
  •     0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, ...     Ini merupakan pola bilangan langkah/lompat 3
  •   0, 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, ...     Ini merupakan pola bilangan langkah/lompat 4
  •   0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, ...   Ini merupakan pola bilangan langkah/lompat 5
Selengkapnya materi bisa di download disini


Bahasa Indonesia Kelas 3 - Tempat

| Tuesday 15 October 2013
A.Memahami Penjelasan tentang Petunjuk
Melakukan Sesuatu
Setelah mempelajari materi berikut ini, kamu diharapkan dapat mendengarkan
penjelasan tentang petunjuk melakukan atau membuat sesuatu dan melaksanakannya.
Tujuan Pembelajaran
Pelajaran 1
Tempat Umum
2 Bahasa Indonesia 3 SD dan MI
1. Mendengarkan Penjelasan Petunjuk Melakukan
Sesuatu
Tutuplah buku ini dan dengarkan petunjuk melakukan sesuatu
yang akan dibacakan gurumu berikut ini!
Pergi ke Balai Desa
Di desamu pasti ada kantor balai desa. Kantor balai
desa termasuk tempat umum. Di kantor balai desa tersimpan
data-data tentang keadaan desamu. Data-data
itu meliputi jumlah penduduk, agama, pekerjaan, keadaan
ekonomi, dan masih banyak lagi.
Pergilah ke kantor balai desa, lalu mintalah data kepada
pegawai di kantor balai desa itu. Caranya sebagai
berikut.
1. Datanglah ke kelurahan pada jam kerja, antara pukul
08.00 sampai 14.00.
2. Temui bapak kepala desa atau pegawai yang lain.
3. Jelaskan maksud kedatanganmu.
4. Mintalah penjelasan tentang hal yang kamu perlukan
(lebih baik siapkan lebih dahulu dari rumah).
5. Catatlah hal-hal yang dijelaskan oleh pejabat balai
desa tersebut.
6. Jika telah selesai, ucapkan terima kasih dan mohon
izin untuk pulang.
2. Melakukan Sesuatu Sesuai Perintah
Setelah mendengarkan penjelasan petunjuk melakukan
sesuatu yang dibacakan oleh gurumu tadi, coba lakukan petunjuk
tersebut. Kamu juga dapat melakukan petunjuk yang lain
Tempat Umum 3
berkaitan dengan tempat umum. Misalnya, menelepon di
telepon umum. Coba, peragakan petunjuk menelepon berikut
ini bersama temanmu di depan kelas

Selengkapnya bisa di download disini
Soal dan Penjelasan

Keterampilan membaca

| Thursday 3 January 2013

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata menulis berasal dari kata tulis. Tulis adalah ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat dan sebagainya) dengan pena (pensil, cat, dan sebagainya). Menulis adalah membuat huruf, angka , dan sebagainya dengan pena, pensil, cat, dan sebagainya melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya dengan tu-lisan. Selanjutnya menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keingi-nan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian “mengirimkannya” kepada orang lain (Syafi’ie,1998:45).
Selain itu, menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Menulis juga suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pen-dapat kepada pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca.
Ada beberapa persyaratan yang sebaiknya dimiliki seorang siswa untuk meng-hasilkan tulisan yang baik. Syafi’ie (1988:45) mengemukakan bahwa syarat-syarat tersebut adalah (1) kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (2) ke-pekaan terhadap kondisi pembaca, (3) kemampuan menyusun rencana penulisan, (4) kemampuan menggunakan bahasa, (5) kemampuan memulai tulisan, dan (6) kemam-puan memeriksa tulisan.
Menulis berarti menyampaikan pikiran, perasaan, atau pertimbangan melalui tulisan. Alatnya adalah bahasa yang terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Pikiran yang di-sampaikan kepada orang lain harus dinyatakan dengan kata yang mendukung makna secara tepat dan sesuai dengan apa yang ingin dinyatakan. Kata-kata itu harus disusun secara teratur dalam klausa dan kalimat agar orang dapat menangkap apa yang ingin disampaikan itu. Makin teratur bahasa yang digunakan, makin mudah orang menang-kap pikiran yang disalurkan melalui bahasa itu. Oleh karena itu, keterampilan menulis di sekolah sangatlah penting.
Menurut Akhadiah dkk (1998:1.3) menulis adalah suatu aktivitas bahasa yang menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu sendiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan pung-tuasi. Sebagai salah satu bentuk komunikasi verbal (bahasa), menulis juga dapat dide-finisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Adapun tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antarmanusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Di dalam komunikasi tertulis terdapat empat unsur yang terlibat. Keempat unsur itu adalah (1) penulis sebagai penyampai pesan, (2) pesan atu isi tulisan, (3) saluran atau medium tulisan, dan (4) pembaca sebagai penerima pesan.
Menulis pada hakikatnya adalah suatu proses berpikir yang teratur, sehingga apa yang ditulis mudah dipahami pembaca. Sebuah tulisan dikatakan baik apabila memiliki ciri-ciri, antara lain bermakna, jelas, bulat dan utuh, ekonomis, dan meme-nuhi kaidah gramatika.
Kemampuan menulis adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan buah pikiran, ide, gagasan, dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar. Kemampuan menulis seseorang akan menjadi baik apabila dia juga memiliki: (a) kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (b) kepekaan terhadap kondisi pembaca, (c) kemampuan menyusun perencanaan penelitian, (d) kemampuan menggunakan bahasa indonesia, (e) kemampuan memuali menulis, dan (f) kemam-puan memeriksa karangan sendiri. Kemampuan tersebut akan berkembang apabila ditunjang dengan kegaiatan membaca dan kekayaan kosakata yang dimilikinya.
Suatu tulisan pada dasarnya terdiri atas dua hal. Pertama, isi suatu tulisan menyampaikan sesuatu yang inggin diungkapkan penulisnya. Kedua, bentuk yang merupakan unsur mekanik karangan seperti ejaan, pungtuasi, kata, kalimat, dan alenia Akhadiah, (1997:13). Sementara itu, WJS Poerwodarminto (1987:105) secara leksi-kal mengartikan bahwa menulis adalah melahirkan pikiran atau ide. Setiap tulisan harus mengandung makna sesuai dengan pikiran, perasaan, ide, dan emosi penulis yang disampaikan kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud pe-nulis.
Pendapat lainnya menyatakan bahwa menulis adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca seperti yang dimaksud oleh pengarang. Agar komunikasi lewat lambang tulis dapat tercapai seperti yang diharapkan, penulis hendaklah menuangkan ide atau gagasannya kedalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap. Dengan demikian, bahasa yang dipergunakan dalam menulis dapat menggambarkan suasana hati atai pikiran penulis. Sehingga dengan bahsa tulis seseorang akan dapat menuang-kan isi hati dan pikiran.
Kata keterampilan berbahasa mengandung dua asosiasi, yakni kompetensi dan performansi. Kompetensi mengacu pada pengetahuan konseptual tentang sistem dan kaidah kebahasan, sedangkan performansi merujuk pada kecakapan menggunakan sistem kaidah kebahasaan yang telah diketahui untuk berbagai tujuan penggunaan komunikasi. Seseorang dikatakan terampil menulis apabila ia memahami dan mengaplikasikan proses pegungkapan ide, gagasan, dan perasaan dalam bahasa Indonesia tulis dengan mempertimbangkan faktor-faktor antara lain ejaan dan tata bahasa, organisasi/ susunan tulisan, keutuhan (koherensi), kepaduan (kohesi), tujuan, dan sasaran tulisan.
B. Menulis sebagai Suatu Proses
Pembelajaran menulis sebagai suatu proses di sekolah dasar mengisyaratkan kepada guru untuk memberikan bimbingan nyata dan terarah yang dapat meningkat-kan kemampuan menulis siswa. Hal ini dilakukan guru melalui tahap-tahap proses menulis, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan (pramenulis, menulis, pasca-menulis), dan evaluasi.
Kegiatan menulis merupakan keterampilan mekanis yang dapat dipahami dan dipelajari. Menulis sebagai suatu proses terdiri atas beberapa tahapan. Tompkins (1994) dan Ellis dkk. (1989) menguraikan lima tahapan menulis, yaitu pra-menulis, pengedrafan, perbaikan, penyuntingan, dan publikasi. Pada pramenu-lis, siswa diberi kesempatan menentukan apa yang akan ditulis, tujuan menulis, dan kerangka tulisan. Setelah siswa menentukan apa yang akan ditulis dan siste-matika tulisan, siswa mengumpulkan bahan-bahan tulisan dengan menggunakan buku-buku dan sumber lainnya untuk memudahkan dalam penulisan. Pada penge-drafan, siswa dibimbing menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaannya dalam bentuk draf kasar. Pada tahap perbaikan, siswa merevisi draf yang telah disusun. Siswa dapat meminta bantuan guru maupun teman sekelas untuk membantu dan mempertimbangkan gagasan yang dikemukakan. Pada tahap penyuntingan, siswa dilatih untuk memperbaiki aspek mekanik (ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan struktur kalimat) yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki karangan sendiri maupun teman sekelas. Pada tahap publikasi, siswa menyampaikan tulisan kepada teman sekelas untuk meminta masukan dari guru dan teman sekelas agar mereka dapat berbagi informasi sehingga tulisan menjadi sempurna.
Siswa menjadi partisipan aktif dalam seluruh tahapan menulis proses: pra-menulis, pengedrafan, perbaikan, dan penyuntingan sehingga siswa memahami betul apa yang ditulisnya. Ketika menentukan topik yang akan ditulis, di benak siswa tergambar sejum-lah informasi yang akan ditulis. Informasi yang tersimpan di benak siswa dituang-kan dalam sebuah tulisan dengan bantuan guru dan teman sekelas. Ketika menulis, siswa bebas mengungkapkan gagasan dengan cara menghubungkan kalimat seca-ra utuh dan padu membentuk sebuah paragraf serta menuangkannya pada tulisan. Siswa menggunakan bahan-bahan pustaka untuk mendukung tulisannya dan berdiskusi dengan guru dan teman sekelas apabila ada bahan tulisan yang kurang jelas.
C. Tujuan Menulis
Kegiatan menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Menulis mempunyai empat tujuan, yaitu untuk mengekpresikan diri, memberikan informasi kepada pembaca, mempersuasi pembaca, dan untuk meng-hasilkan karya tulis.
Jenis tulisan menurut tujuan menulis sebagai berikut.
1) Narasi yakni karangan/tulisan ekspositoris maupun imajinatif yang secara spesifikmenyampaikan informasi tertentu berupa perbuatan/tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu.
2) Deskripsi yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasitentang situasi dan kondisi suatu lingkungan (kebendaan ataupun kemanusiaan).
Penyampaiannya dilakukan secara objektif, apa adanya, dan terperinci.
3) Ekposisi yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasitentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan de-ngan tujuan menjelaskan, menerangkan, dan menguraikan sesuatu hal sehingga pengetahuan pendengar/pembaca menjadi bertambah.
4) Argumentatif yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan infor-masitentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilaku-kan dengan tujuan mempengaruhi, memperjelas, dan meyakinkan.
5) Persuasif:karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan dengan tu-
juan mempengaruhi, meyakinkan, dan mengajak
D. Manfaat Menulis
Graves (dalam Akhadiah dkk., 1998:1.4) berkaitan dengan manfaat menulis mengemukakan bahwa: (1) menulis menyumbang kecerdasan, (2) menulis mengem-bangkan daya inisiatif dan kreativitas, (3) menulis menumbuhkan keberanian, dan (4) menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
1) Menulis Mengasah Kecerdasan
Menulis adalah suatu aktivitas yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan mengharmonikan berbagai aspek. Aspek-aspek itu meli-puti (1) pengetahuan tentang topik yang akan dituliskan, (2) penuangan pengetahuan itu ke dalam racikan bahasa yang jernih, yang disesuaikan dengan corak wacana dan kemampuan pembacanya, dan (3) penyajiannya selaras dengan konvensi atau aturan penulisan. Untuk sampai pada kesanggupan seperti itu, seseorang perlu memiliki kekayaan dan keluwesan pengungkapan, kemampuan mengendalikan emosi, serat menata dan mengembangkan daya nalarnya dalam berbagai level berfikir, dari tingkat mengingat sampai evaluasi.
2) Menulis Mengembangkan Daya Inisiatif dan Kreativitas
Dalam menulis, seseorang mesti menyiapkan dan mensuplai sendiri segala sesuatunya. Segala sesuatu itu adalah (1) unsur mekanik tulisan yang benar seperti pungtuasi, ejaan, diksi, pengalimatan, dan pewacanaan, (2) bahasa topik, dan (3) pertanyaan dan jawaban yang harus diajukan dan dipuaskannya sendiri. Agar hasilnya enak dibaca, maka apa yang dituliskan harus ditata dengan runtut, jelas dan menarik.
3) Menulis Menumbuhkan Keberanian
Ketika menulis, seorang penulis harus berani menampilkan kediriannya, ter-masuk pemikiran, perasaan, dan gayanya, serta menawarkannya kepada publik. Kon-sekuensinya, dia harus siap dan mau melihat dengan jernih penilaian dan tanggapan apa pun dari pembacanya, baik yang bersifat positif ataupun negatif.
4) Menulis Mendorong Kemauan dan Kemampuan Mengumpulkan Informasi
Seseorang menulis karena mempunyai ide, gagasan, pendapat, atau sesuatu hal yang menurutnya perlu disampaikan dan diketahui orang lain. Tetapi, apa yang disampaikannya itu tidak selalu dimilikinya saat itu. Padahal, tak akan dapat me-nyampaikan banyak hal dengan memuaskan tanpa memiliki wawasan atau pengeta-huan yang memadai tentang apa yang akan dituliskannya. Kecuali, kalau memang apa yang disampaikannya hanya sekedarnya.
Kondisi ini akan memacu seseorang untuk mencari, mengumpulkan, dan me-nyerap informasi yang diperlukannya. Untuk keperluan itu, ia mungkin akan membaca, menyimak, mengamati, berdiskusi, berwawancara. Bagi penulis, pemero-lehan informasi itu dimaksudkan agar dapat memahami dan mengingatnya dengan baik, serta menggunakannya kembali untuk keperluannya dalam menulis. Implikasi-nya, dia akan berusaha untuk menjaga sumber informasi itu serta memelihara dan mengorganisasikannya sebaik mungkin. Upaya ini dilakukan agar ketika diperlukan, informasi itu dapat dengan mudah ditemukan dan dimanfaatkan. Motif dan perilaku seperti ini akan mempengaruhi minat dan kesungguhan dalam mengumpulkan infor-masi serta strategi yang ditempuhnya.
Menulis banyak memberikan manfaat, di antaranya (1) wawasan tentang topik akan bertambah, karena dalam menulis berusaha mencari sumber tentang topik yang akan ditulis, (2) berusaha belajar, berpikir, dan bernalar tentang sesuatu misalnya menjaring informasi, menghubung-hubungkan, dan menarik simpulan, (3) dapat menyusun gagasan secara tertib dan sistematis, (4) akan berusaha menuangkan gagasan ke atas kertas walaupun gagasan yang tertulis me-mungkinkan untuk direvisi, (5) menulis memaksa untuk belajar secara aktif, dan (6) menulis yang terencana akan membisakan berfikir secara tertib dan sistematis.
E. Prinsip Menulis
Keterampilan menulis merupakan satu keterampilan yang ditunjukkan oleh siswa bahwa ia bukan buta aksara. Pelatihan menulis menyibukan para siswa belajar bahasa. Semua ulangan selalu dinyatakan dalam bentuk tulis. Walaupun demikian, para guru masih mengeluhkan bahwa masih ada siswa tidak mempunyai keterampilan menulis.
Menurut Parera dan Tasai (1995:14) mengemukakan bahwa untuk dapat me-netralisir keluhan para guru bahasa, maka perlu diingatkan mereka dua fakta. Fakta yang pertama banyak sekali orang pandai sangat lemah dalam keterampilan menulis, fakta kedua, hanya sekelompok kecil orang yang dapat menulis dengan baik setelah lama berlatih di sekolah dan di luar sekolah. Walaupun demikian keterampilan menulis merupakan satu keterampilan yang harus diajarkan dan perhatikan dalam pembelajaran bahasa meskipun dalam bentuk sederhana.
Selanjutnya menurut Rivers dalam Parera dan Tasai (1995:15) mengemuka-kan keterampilan menulis merupakan satu kebiasaan yang elegan dari para elite terdidik. Oleh karena itu, tujuannya tidak akan tercapai untuk tingkat sekolah me-nengah ke bawah. Keterampilan menulis menuntut penguasaan bahasa yang tinggi yang mungkin tidak dikuasai oleh semua orang. Untuk memenuhi keterampilan menulis yang baik jenjang menulis perlu diperhatikan. Belajar keterampilan menulis dilakukan secara berjenjang.
Beberapa jenjang untuk keterampilan menurut Parera dan Tasai (1995:15) adalah: (1) menyalin naskah dalam bahasa, (2) menuliskan kembali/mereproduksi apa yang telah didengar dan dibaca, (3) melakukan kombinasi antara apa yang telah dihafal dan didengar dengan adaptasi kecil, (4) menulis terpimpin, dan (5)menyusun karangan atau komposisi dengan tema, judul, atau topik pilihan siswa sendiri.
Pembelajaran menulis dalam bahasa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pembelajaran membaca. Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran ke-terampilan penggunaan bahasa Indonesia dalam bentuk tertulis. Keterampiln menulis adalah hasil dari keterampilan mendengar, berbicara, membaca. Menurut Pirera dan Tasai (1995:27) mengemukakan prinsip prinsip menulis adalah: (1) menulis tidak da-pat dipisahkan dari membaca. Pada jenjang pendidikan dasar pembelajaran menulis dan membaca terjadi secara serempak, (2) pembelajaran menulis adalah pembelajaran disiplin berpikir dan disiplin berbahasa, (3) pembelajaran menulis adalah pembel-ajaran tata tulis atau ejaan dan tanda baca bahasa Indonesia, dan (4) pembelajaran menulis berlangsung secara berjenjang bermula dari menyalin sampai dengan menulis ilmiah.
Berdasarkan perinsip-prinsip pembelajaran menulis tersebut, maka alternatif pembelajaran menulis adalah sebagai berikut: (1) menyalin, (2) menyadur, (3) mem-buat ikhtisar, (4) menulis laporan, (5) menyusun pertanyaan angket dan wawancara, (6) membuat catatan, (7) menulis notulen, (8) menulis hasil seminar, pidato, dan laporan, (9) menulis surat yang berupa : ucapan selamat, undangan, pribadi, dinas, perjanjian, kuasa, dagang, pengaduan, perintah, pembaca, memo, dan kawat (telegram), (10) menulis poster dan iklan, (11) menulis berita, (12) melanjutkan tulisan, (13) mengubah, memperbaiki, dan menyempurnakan , (14) mengisi formulir yang terdiri dari: wesel dan cek, (15) menulis kuitansi, (16) menulis riwayat hidup, (17) menulis lamaran kerja, (18) menulis memorandum, (19) menulis proposal/usul penelitian, (20) menulis rancangan kegiatan, (21) menulis pidato/sambutan, (22) menulis naskah, (23) menyusun formulir, (24) membentuk bagan, denah, grafik, dan tabel, dan (25) menulis karya ilmiah.
F. Aspek Menulis Karangan
Pengetahuan tentang aspek-aspek penting dalam menulis perlu dikuasai pula oleh siswa. Sebab dengan penguasaan itu siswa dapat mengetahui kekurangan dan kesalahan suatu karangan. Badudu (1992:17) mengemukakan yang perlu diperhatikan dalam menulis, yaitu (1) menggunakan kata dalam kalimat secara tepat makna, (2) menggunakan kata dengan bentuk yang tepat, (3) menggunakan kata dalam distribusi yang tepat, (4) merangkaikan kata dalam frasa secara tepat, (5) menyusun klausa atau kalimat dengan susunan yang tepat, (6) merangkaikan kalimat dalam kesatuan yang lebih besar (paragraf) secara tepat dan baik, (7) menyusun wacana dari paragraf-paragraf dengan baik, (8) membuat karangan (wacana) dengan corak tertentu, deskripsi, narasi, eksposisi, persuasi, argumentasi, (9) membuat surat (macam-macam surat), (10) menyadur tulisan (puisi menjadi prosa), (11) membuat laporan (penelitian, pengalaman, dan sesuatu yang disaksikan), (12) mengalihkan kalimat (aktif menjadi pasif dan sebaliknya, kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung), (13) mengubah wacana ( wacana percakapan menjadi wacana cerita atau sebaliknya).
1) Jenis-jenis Mengarang
Pelajaran mengarang menurut Moeljono (1976:89) macamnya adalah (1) mengarang surat, (2) mengarang cerita non fiksi, (3) mengarang cerita fiksi, (4) mengarang lukisan keadaan, (5) menulis berita aktual, (6) mengarang puisi, (7) mengarang esay, dan (8) mengarang naskah drama.
(1) Mengarang Surat
Surat merupakan bentuk percakapan yang disajikan secara tertulis. Perbedaannya dengan percakapan biasa ialah karena dalam surat jawaban orangyang diajak berbicara tidak dapat diterima secara langsung. Oleh karena itu bentuk bahasa dalam surat dapat dikatakan mengarah-arah pada bahasa percakapan biasa.
Pada garis besarnya surat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: (1) surat kekeluargaan dan (2) surat dinas. Yang dimaksud dengan surat kekeluargaan ialah surat yang dikirim dari dan kepada keluarga atau kenalan. Bentuk dan pemakaian bahasa dalam surat kekeluargaan sangat bebas, tidak terlalu terikat oleh pedoman yang tertentu.. sedangkan surat dinas ialah surat yang dikirimkan dari dan kepada jawatan, lembaga atau organisasi secara resmi. Bentuk dan bahasa dalam surat dinas biasanya terikat oleh pedoman dan tatatulis tertentu.
(2) Mengarang Cerita Non Fiksi
Yang dimaksud dengan cerita non fiksi ialah cerita tentang sesuatu yang ada/terjadi sungguh-sungguh. Karangan non cerita fiksi menuliskan cerita yang berhibungan hal-hal yang ada di sekitarnya atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Dengan demikain mengarang cerita non fiksi ialah menulis apa saja yang dilihat, apa saja yang diketahui, dan apa saja yang dialami.
(3) Mengarang Cerita Fiksi
Yang dimaksud dengan mengarang cerita fiksi ialah mengarang cerita berdasarkan atas buah rekaan atau angan-angan saja. Cerita ini akan berupa suatu cerita pendek, fragmen, atau sekedar lamunan mengarang saja. Oleh karena itu dasarnya adalah buah rekaan, maka cerita ini dapat mempunyai nilai (1) membiasakan untuk mengisi waktu senggang dengan lamunan yang produktif, (2) menghidupkan fantasi dan daya kreasi, dan (3) mengembangkan bakat mengarang.
(4) Mengarang Lukisan Keadaan
Yang dimaksud mengarang lukisan keadaan ialah karangan yang menggambarkan suatu situasi secara tepat dengan menggunakan alat bahasa. Tujuan mengarang lukisan keadaan ialah membiasakan untuk menggambarkan sesuatu dengan pengamatan secra teliti melalui kata-kata secara tepat. Karangan lukisan keadaan didasarkan atas suatu kenyataan. Karean sebagai suatu lukisan, maka kemampuan mengimajinasikan kenyataan dalam bahasa yang indah dan mampu menyentuh perasaan sangat diperlukan. Oleh karena itu karangan yang berupa lukisan keadaan mengarah kepada gaya bahasa puisi atau prosa liris.
(5) Menulis Berita Aktual
Yang dimaksud menulis berita aktual ialah menyampaikan terjadinya suatu peristiwa dengan cara menuliskannya menurut tata tulis berita yang telah lazim dipergunakan dalam persuratkabaran. Jadi berita aktual ialah suatu kejadian yang penting yang disampaikan oleh seseorang untuk orang banyak secara tertulis.
Tujuan menulis berita aktual ialah (1) membiasakan agar dapat menyampaikan peristiwa yang penting secara lengkap dan teratur dengan gaya bahasa yang tepat dan (2) mengembangkan bakat kewartawanan.
(6) Mengarang Puisi
Puisi merupakan hasil ciptaan yang singkat dan padat. Manfaat mengarang puisi ialah (1) menyalurkan dorongan melahirkan perasaan yang kuat, yang pada umumnya yang terdapat pada diri masing-masing, (2) memberika latihan mengungkapkan perasan dengan lambang-lambang kata yang tepat, yang berarti melatih kemampuan berbahasa, (3) mengajar memberi kesibukan yang berguan untuk mengisi waktu senggang dengan kepandaiannya, (4) mencoba secara tidak langsung memahami keadaan yang barang kali dapat dipergunakan untuk menolong memecahkan kesulitan yang dihadapi, dan (5) membantu memperkembangkan bakat.
(7) Mengarang Esai
Yang dimaksud dengan esai ialah karangan tentang suatu masalah yang pada suatu saat menarik perhatian seseorang penulis. Esai dapat mengenai masalah ilmu pengetahuan,keagamaan, filsafat, kebudayaan, kesenian, politik, dan masalah sosial. Tujuan mengarang esai ialah membiasakan untuk mampu menanggapi suatu masalah yang pada suatu saat menarik perhatian orang.
(8) Mengarang Naskah Pidato
Yang dimaksud dengan pidato ialah berbicara di hadapan publik, yang ditujukan kepada seseorang, sekelompok orang, atau kepada publik itu sendiri. Suatu piadato yang resmi memerlukan persiapan. Oleh karena itu pidato disiapkan secara tertulis. Selanjutnya untuk melatih menyusun naskah pidato perlu memperhatikan pidato yang akan disampaikan. Berdasarkan yang disampaikan pidato dibedakan antara lain: (1) pidato penjelasan, (2) pidato sambutan, (3) pidato laporan, dan (4) pidato keilmuan.

Manfaat Daun Sirsak

| Thursday 27 December 2012

Buah sirsak pertama kali ditemukan oleh suku dari Amerika bagian dalam sekitar kawasan sungai Amazon. Banyak orang tidak tahun manfaat daun sirsak yang sebenarnya memiliki beberapa khasiat mengobati berbagai pernyakit. Daun sirsak memiliki banyak sekali kandungan nutrisi dan mineral penting yang dibutuhkan oleh tubuh. Bahkan sebuah penelitian terbaru berhasil menemukan fakta bahwa daunnya bisa digunakan sebagai jamu tradisional untuk mengobati kanker.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6tK73tLgUES-ZS7JmMF6MduKSX5gsglnEgqBjRQPGkqqFUEdSCjQobjlPPV_sLkDfLA-qp6RRClK7KWTuy4URwG0lXwVa59c8cRdSzxZgXxVTxNhbIsi7qjwtifgsXFKYz1BDsSGxjKsO/s320/manfaat+daun+sirsak.jpg
Sebuah study yang dilakukan oleh para ahli kesehatan di Purdue Universiti, Amerika menyebutkan bahwa manfaat daun sirkas tidak hanya bermanfaat untuk menyembuhkan dan mencegah kanker namun juga dapat menyembuhkan berbagai penyakit kronis lainnya seperti diabetes dan asam urat, dan asma. Beberapa jenis kanker yang bisa disembuhkan dengan daun sirsak diantaranya kanker paru-paru, kanker rahim, kanker pankreas dan lainnya.

Manfaat Daun Sirsak Mencegah Kanker

Daun sirsak memiliki kemampuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan berbagai pernyakit. Daun sirsak dapat membunuh sel-sel kanker lebih cepat dan aman ketimbang harus melakukan kemoterapi yang memiliki banyak efek samping dan biayanya juga mahal.

Untuk mengobati kanker ambillah 10 lembar daun sirsak yang sudah tua dan dalam kondisi yang baik. Kemudian cuci sampai bersih dengan air. Lalu rebus dengan 3 gelas air, dan biarkan mendidih sampai hanya tersisi 1 gelas. Biarkan air rebusan dingin dan minum 2 kali sehari selama seminggu. Bila memliki efek yang baik, maka anda dapat melanjutkan meminum air rebusan tersebut. Berikut adalah beberapa jenis pernyakit yang bisa diobati dengan daun sirsak Mengobati:
  •  Sakit Pinggang
  • Obat Ambaien
  • Mengobati Bisul
  • Mangobati Pernyakit Liver
  • Meringankan Rematik
  • Demam

Itulah beberapa manfaat daun sirsak untuk kesehatan, pengobatan herbail secara tradisional memang relatif lebih aman karena tidak tercampur dengan bahan kimia. Namun, langkat baiknya anda berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli kesehatan maupun dokter agar lebih aman.


Ragam Menyimak Bahasa Indonesia

| Wednesday 5 December 2012

1. Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah jenis menyimak yang mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran. Pada umumnya menyimak ekstensif dapat dipergunakan bagi dua tujuan yang berbeda.
Salah satu dari kegagalan pengajaran bahasa paling besar dan paling umum adalah bahwa apa-apa yang diajari kepada para siswa secara keseluruhan tidak mencukupi untuk menggarap serta menangani arus atau tumpukan rangsangan yang berhubungar dengan bahan simakan yang datang kepadanya dari segala arah pada saat pertamakalinya dia menginjakkan kaki di negeri asing (misalnya di Inggris bagi siswa yang belajar bahasa Inggris); Maka menyimak ekstensif tipe ini akan dapat membantunya dengan baik. Bahan-bahan yang didengar dan disimaknya tentu saja tidak perlu melulu merupakan suatu penyajian kembali apa-apa yang telah diketahuinya.
Menyimak ekstensif dapat pula memberi kesempatan dan kebebasa bagi para siswa mendengar dan menyimak butir-butir kosa kata struktur-struktur yang masih asing atau baru baginya yang terdapat dalam arus ujaran yang berada di dalam jangkauan dan kapasitasnya untuk menanganinya.
Guru sendiri merupakan sumber modal dalam bercerita. Karena salah satu dari tujuan menyimak ekstensif adalah menyajikan kembali bahan lama dengan cara baru, maka kerap kali baik sekali bila hal ini dilakukan dengan pertolongan pita-pita otentik yang merekam pembicaraan dalam masyarakat.

a. Menyimak Sosial
Menyimak sosial (social listening) atau menyimak konvetsasional (conversational listening) atau pun menyimak sopan (courtcous listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkerama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat respons yang wajar, mengikuti hal-hal yang nenarik, dan memperlihatan perhatian yang wajar terhada apa-apa yang dikemukakan.
Dengan perkataan lain dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial paling sedikit mencakup dua hal, yaltu:
1) Menyimak secara sopan santun dan dengan penuh perhatian terhadap percakapan atau obrolan dalam situasi-situasi sosial dengan suatu maksud.
2) Menyimak serta memahami peranan-peranan pembicara dan menyimak dalam proses komunikasi tersebut.
Orang-orang yang dapat menaati kedua hal tersebut di atas dikata kan sebagai anggota-anggota masyarakat yang baik.

b. Menyimak Skunder
menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan yang menyimak secara kebetulan (casual listening) dan secara ekstensif (extensive listening). Berikut ini kita berikan dua buah contoh.
a) Menyimak pada musik yang mengiringi ritme-ritme atau tari-tarian rakyat di sekolah dan pada acara-acara radio yang terdengar sayup-sayup sementara kita menulis surat pada seorang teman di rumah.
b) Menikmati musik sementara ikut berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di sekolah seperti melukis, hasta karya tanah liat, membuat sketsa, dan latihan menulis indah.


c. Menyimak Estentik
Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut menyimak apresiatif (appreciational listening) adalah fase terakhir kegiatan menyimak kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif, mencakup:
a) Menyimak musik, puisi, pembacaan bersama, atau drama radio dan rekaman-rekaman.
b) Menikmati cerita, puisi teka-teki gemerencing irama dan lakon-lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru, siswa, atau aktor.

d. Menyimak Pasif
Cara yang seolah-olah tidak memerlukan upaya bagi anak-anak dari sejumlah penduduk pribumi mempelajari bahasa asing dapat disebut sebagai menyimak pasif (passive listening). Yang disebut menyimak pasif adalah penyertaan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai sesuatu bahasa. Sebenarnya otak kita bukan main aktifnya dalam mendaftarkan bunyi-bunyi, bau-bauan, dan bentuk-bentuk, rupa-rupa, walaupun pada saat kita seola mengarahkan perhatian pada hal lain, bahkan pada saat kita tidur nyenyak.
Kalau kita tahu bahwa tanpa upaya sadar pun otak kita dapat berbuat banyak dalam menguasai suatu bahasa asing maka kita akan dapat memetik keuntungan dari sumber yang tersembunyi ini. Kita hendaknya memberi kesempatan kepada otak kita untuk bekerja seefisien mungkin. atau melakukan hal ini maka kita perlu mempergunakan teknik-teknjk tertentu yang bermanfa antara lain :
a. Berilah otak dan telinga kesempatan menyimak banyak-banyak
b. Tenang dan santailah
c. Jangan memasang rintangan bagi bunyi
d. Berikanlah waktu yang cukup bagi telingan dan otak
e. Berilah kesempatan bagi otak dan telinga bekerja, sementara kita mengerjakan sesuatu yang lain
Keempat kegiatan menyimak yang telah dibicarakan di atas – Menyiak sosial, Menyimak sekunder, Menyimak estetik dan menyimak Pasif— kita masukak kedalam kelompok Menyimak ekstensif.

2. Menyimak Intensif
Kalau menyimak ekstensif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan lebih umum serta tidak perlu di bawah bimbingan langsung para guru, maka menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu. Dalam hal ini haruslah diadakan suatu pembagian penting sebagai berikut :
a) Menyimak intensif ini terutama sekali dapat diarahkan pada butir –butir sebagai bagian dari program pengajaran bahasa, atau
b) Terutama sekali dapat diarahkan pada pemahan serta pengertian umum.
Jelas bahwa dalam butir kedua ini makna bahasa secara umum sudah diketahui oleh para siswa.
Di samping itu, masih ada faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan. Salah satu di antaranya adalah formalitas bahasa, yaitu situasi tempatnya berada pada poros berikut ini:
slang — akrab — netral —formal

Kebanyakan kelas sedikit sekali mengingat latihan dan praktek dengan mempergunakan suatu jenis bahasa selain daripada bahasa netral. Faktor lain yang juga harus dipahami adalah yang menyangkut kecepatan pengutaraan: apakah itu suatu percakap yang cepat, atau suatu ujaran yang diatur? Lebih jauh, apakah itu dipersiapkan dan dilalui ataukah mendadak tanpa persiapan? Berapa orang ikut terlibat? Jelas bahwa semakin banyak terlibat maka semakin sulit jadinyaa. Apak aksen si pembicara sudah biasa didengar oleh para siswa? Aksen-aksen bahasa regional atau bahasa kelompok sangat membingungkan siswa pada pendengaran pertama, bahkan bagi beberapa siswa mencemaskan. Sekali lagi, kekurangakraban dengan faktor-faktor ini benar dapat mengganggu pemahaman siswa terhadap makna bagian tersebut.

1) Menyimak Kritis
Menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan berar dan ujaran seorang pembicara dengan alasan-alasan yang kuat yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat.
Secara agak teperinci kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak kritis adalah :
a) Memperhatikan kebiasaan-kebiasaan ujaran yang tepat, kata, pemakaian kata, dan unsur-unsur kalimatnya.
b) Menentukan alasan “mengapa”
c) Memahami aneka makna petunjuk konteks.
d) Membedakan fakta dan fantasi, yang relevan dan yang tidak relevan
e) Membuat keputusan-keputusan.
f) Menarik kesimpulan-kesimpulan
g) Menemukan jawaban bagi masalah tertentu.
h) Menentukan mana informasi baru atau informasi tambahan bagi suatu topik.
i) Menafsirkan, menginterpretasikan ungkapan, idiom, dan bahasa yang belum umum, belum lazim dipakai.
j) Bertindak objektif dan evaluatif untuk menentukan keaslian, kebenaran atau adanya prasangka atau kecerobohan, kekurang telitian serta kekeliruan.
Empat konsep penting dalam menyimak kritis adalah :
1) Penyimak harus yakin bahwa sang pembicara telah mendukung serta mendokumentasikan masalah-masalah yang meraka kemukakan
2) Penyimak mengharap agar sang pembicara mengemukaka masalah-masalah khusus.
3) Penyimak mengharap agar sang pembicara mendemonstrasikan keyakinannya pada suatu topik tertentu.
4) Pembicara harus percaya dan menuntut dengan tegas agar sang pembicara bergerak dari hal-hal umum ke hal-hal khusus.

2) Menyimak konsentratif
Menyimak konsentratif (concentrative listening) sering juga disebut a study-type listening atau menyimak yang merupakan sejenis telaah.
Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak konsentratif ini adalah:
a) Mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan.
b) Mencari dan merasakan hubungan-hubungan, seperti kelas, tempat. kualitas, waktu, urutan serta sebab-akibat.
c) Mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu.
d) Memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam.
e) Merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran mau pun pengorganisasiannya.
f) Memahami urutan ide-ide sang penibicara.
g) Mencari dan mencatat fakta-fakta penting

3) Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatit para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya.

4) Menyimak Eksploratif
Menyimak eksplorasif. menyimak yang bersifat menyelidik atau exploratory listening adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit.
Dalam kegiatan menyimak seperti ini sang penyimak menyiagakan perhatian untuk menjelajahi serta menemukan :
a) Hal-hal baru yang menarik perhatian.
b) Informasi tambahan mengenai suatu topik
c) Isyu, pergunjingan, atau buah mulut yang menarik.

5) Menyimak Interogatif
Menyimak interogatif (interrogative listening) adalah sejenis kegiata menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara karena sang penyimak akan mengajukan sebanyak pertanya
Dalam kegiatan menyimak interogatif ini sang penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi dengan cara menginterogasi atau menanyai sang pembicara.

6) Menyimak Selektif
Ciri-ciri keaktifan atau aktivisisme yang khas tidak membiarkan kita untuk berpuas hati mempergunakan teknik atau cara pasif itu walaupun misalnya kita mempunyai kondisi-kondisi ideal untuk berbuat sedemikian rupa
Beberapa bahasa menuntut adaptasi atau penyesuaian tertentu tenhadap aturan prosedur yang disarankan berikut ini, tetapi bagi sebagian terbesar ciri-ciri bahasa yang berurutan ini hendaklah disimak secara selektif dalam urutan sebagai berikut ini :
a. Nada suara
Banyak orang beranggapan bahwa mereka tidak dapat menyimak pada suatu bahasa sampai mereka mengerti kata-kata tetapi sesudah itu kegiatan menyimak terlalu terlambat.
Bila dengan menyimak secara secukupnya seseorang menjadi insaf dan tahu secara sadar atau tidak sadar akan perbedaan-perbedaan yang bermakna, dan dapat menirunya serta mengucapkannya kembali, maka itulah semua yang dibutuhkan oleh pemakai praktis suatu bahasa.

b. Bunyi-Bunyi Asing
seseorang menyimak secara selektif pada aneka vaniasi nada suatu bahasa yang biasanya memakan waktu palin seminggu atau lebih, maka bunyi-bunyi asing tertentu. baik konsonan ataupun vokal tertentu sangat menanik perhatiannya.
Sesungguhnya, kita bahkan tidak mengetahui bagian-bagian mulut kita yang mana yang telah bergerak. Semua kegiatan yang amat tratur rapi ini dikendalikan oleh otak kita, yang dapat kita katakan telah di pasang untuk menghubungkan tanda-tanda antara impresi-impresi akustik dan mekanijsme-mekanisme penggerak yang terlibat atau ikut serta dalam peniruan bunyi-bunyi itu.

c. Bunyi-Bunyi yang Bersamaan
Dapat dikatakan bahwa kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan dari bahasa-bahasa bersifat sistematis. Bahasa-bahasa tidak lebih dari sistemis lambang yang amat rumit, amat kompleks, dan haruslah merupakan sistem-sistem atau kita tidak akan pernah dapat mengingatnya.
Bila kita terus menyimak aneka perangkai bunyi yang bersamaan baik konsonan ataupun vokal maka kita segera melihat bahwa disamping hal tersebut mempunyai bunyi-bunyi yang beraneka ragam. sebenarnya terdapat sejumlah bunyi distuigtif yang amat terbatas dalam beberapa bahasa hanya kira-kira selusin, dan dalam bahasa-bahasa lainnya sekitar lima lusin, tetapi tanpa menghiraukan jumlahnya toh jauh lebih sedikit daripada yang pertama sekali kita bayangkan.


d. Kata dan Fras-Frase
Bila seseorang mendengar berulang kali koinbinasi-kombinasi yang terdiri atas lima atau enam suku kata, maka agaknya ini merupakan frase Tetapi apakah kombinasi-kombinasi yang sering muncul serupa itu merupakan kata atau frase sebenarnya tidaklah terlalu banyak menarik perhatian atau menjadi urusan pelajaran bahasa. Anak-anak sudah barang tentu tidak mengetahui perbedaan-perbedaan antara kata-kata dan frase-frase dan juga kita tidak perlu membedakan kesatuan-kesatuan serupa itu tatkala kita mulai berbicara. Salah satu dari frase-frase yang paling penting dalam menyimak kata-kata secara selektif, atau menyimak frase -frase dan kalimat-kalimat secara selektif, adalah mencoba memahami dari konteks apa makna yang dikandungnya.

e. Bentuk-Bentuk Ketatabahasaan
Dalam kebanyakan bahasa, apa yang kita sebut “kata” itu tidak selalu muncul dan kelihatan dalam bentuk yang sama. Kadang-kadang suatu imbuhan dilekatkan pada kata itu
sedangkan dalam kasus lain kita mempunyai perbedaan yang sangat besar. Contoh dari bahasa Inggris:
god : went (bukan go-ed*)
good : better (bukan good-er*)
Akan tetapi, apa pun perubahan yang terjadi, kita perlu memperhatian kepadanya dengan jalan, menyimak secara selektif pada perangkat-perangkat modifikasi tersebut. Apabila kita mempelajari lebih banyak lagi struktur ketatabahasaan suatu bahasa, maka hendaknya kita menyimak secara selektif pada setiap tipe ciri ketatabahasaan seperti jenis kelamin, waktu, modus, bentuk, susunan kata, frase, klau Setiap ciri ketatabahasaan, terutama sekali yang mungkin menimbulkan kesukaran pada para pelajar, haruslah disimak secara selektif.
Tujuan Menyimak
Kalau ada orang bertanya: “Apa fungsi menyimak bagi Anda?’ maka secara praktis kita dapat menjawaban, antara lain:
1) Saya menyimak untuk memperoleh informasi yang ada hubungan atau sangkut-pautnya dengan pekerjaan atau profesi saya.
2) Saya menyimak agar saya menjadi lebih efektif dalam hubungan-hubungan antar pribadi dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di tempat bekerja, dan dalam kehidupan masyarakat.
3) Saya menyimak untuk mengumpulkan data agar saya dapat membuat keputusan- keputusan yang masuk akal.
4) Saya menyimak agar dapat memberikan responsi yang tepat terhadap segala sesuatu yang saya dengar (Hunt, 1981 : 14).

Memang tujuan orang untuk menyimak sesuatu itu beraneka ragam antara lain:
(1) Ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh pengetahuan dan bahan ujaran sang pembicara dengan perkataan lain, dia menyimak untuk belajar.
(2) Ada orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperoleh atau dipagelarkan (terutama sekali dalam bidang seni); pendeknya dia menyimak untuk menikmati keindahan audial.
(3) Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat menikmati apa-apa yang dia simak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngau logis-tak logis, dan lain-lain); singkatnya, dia menyimak untuk mengevaluasi.
(4) Ada orang yang menyimak agar dia dapat menikmati serta mennghargai apa-apa yang disimaknya itu (misalnya: pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, perdebataan). pendek kata orang itu menyimak untuk mengapresiasi materi simakan.
(5) Ada orang yang nienyimak dengan maksud agar dia dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. Banyak contoh ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara dan semua itu merupakan bahan penting dan menunjangnya dalam mengkomunikasik ide-idenya sendini.
(6) Ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) mana bunyi yang tidak membedakan anti; biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).
(7) Ada lagi orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.
(8) Selanjutnya ada lagi orang yang tekun menyimak sang pembicara untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendengaran yang selama ini dia ragukan; dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif.

Dari uraian di atas dapatlah kita tarik kesimpulan bahwa pada dasarnya “menyimak” itu dapat kita pandang dari berba segi misalnya sebagai sarana, sebagai suatu keterampilan berkomunikasi, sebagai seni, sebagai proses, sebagai suatu responsi, dan sebagai pengalaman kreatif. Dengan perkataan lain hakikat menyimak itu mencakup keenam aspek tersebut.

Keterampilan Berbahasa

| Saturday 24 November 2012

Keterampilan berbahasa
Keterampilan berbahasa mempunyai  4 komponen yaitu : keterampilan menyimak,berbicara,membaca, dan menulis.  4 komponen  tersebut merupakan satu kesatuan yang sangat erat hubunggannya sehingga disebut catur tunggal. Dan keterampilan itu hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara praktek dan banyak latihan.  Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir. Untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi, dapat diawali dengan menyimak, berbicara, membaca dan menulis
Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa
* Berbicara  adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak    dan didahului dngan proses menyimak.
* Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung, merupakan komunikasi tatap muka.
* Pengajaran menyimak, berbicara dan menulis haruslah saling berhubungan serta berkaitan erat dengan keterampilan membaca.
  Berbicara sebagai suatu cara berkomunikasi
Komunikasi mempersatukan para individu dalam kelompok dengan jalan menhablurkan konsep umum, memelihara serta mengawetkan ikatan-ikatan kepentingan umum, menciptakan suatu kesatuan lambang-lambang yang membedakannya dari kelompok-kelompok lain, dan menetapkan suatu tindakan tersebut tidak akan ada serta dapat bertahan lama tanpa adanya masyarakat-masyarakat bahasa.
Komunikasi dapat dipandang sebagai suatu kombinasi perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan serangkaian mengandung maksud dan tujuan. Komunikasi bukan merupakan suatu kejadian, peristiwa, sautu yang terjadi: komunikasi adalah sesuatu yang funsional,mengandung maksud, dan dirancang untuk menghasilkan beberapa efek.

Batasan dan tujuan berbicara
Ujaran (speech) merupakan suatu bagian yang integral dari keseluruhan personalitas atau kepribadian, mencerminkan lingkungan sang pembicara, kontak-kontak sosial dan pendidikannya.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seyogyanya ialah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan, maka pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu:
  • Memberitahukan, melaporkan.
  • Menjamu, menghibur.
  • Membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan

 berbicara sebagai seni dan ilmu
Wilayah “ berbicara” biasanya dibagi menjadi dua bidang umum, yaitu:
a)      Berbicara terapan atau berbicara fungsional
b)      Pengetahuan dasar berbicara
Pengetahuan sebagai ilmu atau teori berbicara akan sangat bermanfaat dalam menunjang kemahiran serta keberhasilan seni atau praktek berbicara. Itulah sebabnya maka diperlukan pendidikan berbicara.

 ragam seni berbicara
Secara garis besar, maka berbicara dapat dibagi atas:
I. Berbicara dimuka umum pada masyarakat, yang mencakup:
  • Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan yang bersifat informative.
  • Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan, persahabatan.
    • Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan.
    • Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang dan hati-hati.
II. Berbicara pada konvrensi yang meliputi:
  • diskusi kelompok, yaitu diskusi resmi dan tidak resmi.
  • Prosedur parlementer.
  • Debat
Metode penyampaian dan penilaian berbicara
Sang pembicara sendiri dapat menentukan tang baik dari empat metode yang mungkin dipilih:
1. pencapaian secara mendadak
2. penyampaian tanpa persiapan
3. penyampaian dari naskah
4. penyampain dari ingatan


Read more: http://www.perkuliahan.com/makalah-tentang-keterampilan-berbicara/#ixzz2FEPcWDvm

Memasukkan Tabel di Wordpress

| Friday 23 November 2012

Para pengguna awal wordpress sering mendapat kesulitan saat ingin membuat tabel, atau cara memasukan tabel dalam posting WordPress.
Step I Membuat Tabel dengan Microsoft Excel
  1. Buat Tabel yang diinginkan dengan menggunakan Microsoft Excel
  2. Blok seluruh are tabel
  3. Copy are tersebut
tabel_di_wordpress
Step II Spreadsheet to HTML dengan Tableizer
  1. Masuk ke: http://tableizer.journalistopia.com
  2. Paste kan isi area tabel tadi
  3. Klik Tableizeit
membuat_tabel_di_wordpress
Step III Paste HTML Code di Posting WordPress
Kini kita akan melihat html code dari tabel yang kita masukan beserta tampilan nya
  1. Copy html code tabel yg tersedia
  2. Paste kan di posting wordpress kita
membuat_tabel_wordpress

Proses Fotosintesis

|

Fotosintesis (dari bahasa Yunani φώτο- ”cahaya,” dan σύνθεσις [sýnthesis], “menggabungkan”, “penggabungan”) adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan karbohidrat yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang mengandung zat hijau daun atau klorofil. Selain tumbuhan berklorofil, makhluk hidup non-klorofil lain yang berfotosintesis adalah alga dan beberapa jenis bakteri. Organisme ini berfotosintesis dengan menggunakan zat hara, karbon dioksida, dan air serta bantuan energi cahaya matahari.
images
Organisme fotosintesis disebut fotoautotrof karena mereka dapat membuat makanannya sendiri. Pada tanaman, alga, dan cyanobacteria, fotosintesis dilakukan dengan memanfaatkan karbondioksida dan air serta menghasilkan produk buanganoksigen. Fotosintesis sangat penting bagi semua kehidupan aerobik di Bumi karena selain untuk menjaga tingkat normal oksigen di atmosfer, fotosintesis juga merupakan sumber energi bagi hampir semua kehidupan di Bumi, baik secara langsung (melaluiproduksi primer) maupun tidak langsung (sebagai sumber utama energi dalam makanan mereka), kecuali pada organisme kemoautotrof yang hidup di bebatuan atau di lubang angin hidrotermal di laut yang dalam. Tingkat penyerapan energi oleh fotosintesis sangat tinggi, yaitu sekitar 100 terawatt atau kira-kira enam kali lebih besar daripadakonsumsi energi peradaban manusia. Selain energi, fotosintesis juga menjadi sumber karbon bagi semua senyawa organik dalam tubuh organisme. Fotosintesis mengubah sekitar 100–115 petagram karbon menjadi biomassa setiap tahunnya.
Meskipun fotosintesis dapat berlangsung dalam berbagai cara pada berbagai spesies, beberapa cirinya selalu sama. Misalnya, prosesnya selalu dimulai dengan energi cahaya diserap oleh protein berklorofil yang disebut pusat reaksi fotosintesis. Pada tumbuhan, protein ini tersimpan di dalam organel yang disebut kloroplas, sedangkan pada bakteri, protein ini tersimpan pada membran plasma. Sebagian dari energi cahaya yang dikumpulkan oleh klorofil disimpan dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Sisa energinya digunakan untuk memisahkan elektron dari zat seperti air. Elektron ini digunakan dalam reaksi yang mengubah karbondioksia menjadi senyawa organik. Pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, ini dilakukan dalam suatu rangkaian reaksi yang disebut siklus Calvin, namun rangkaian reaksi yang berbeda ditemukan pada beberapa bakteri, misalnya siklus Krebs terbalik pada Chlorobium. Banyak organisme fotosintesis memiliki adaptasi yang mengonsentrasikan atau menyimpan karbondioksida. Ini membantu mengurangi proses boros yang disebut fotorespirasi yang dapat menghabiskan sebagian dari gula yang dihasilkan selama fotosintesis.
Organisme fotosintesis pertama kemungkinan berevolusi sekitar 3.500 juta tahun silam, pada masa awal sejarah evolusi kehidupanketika semua bentuk kehidupan di Bumi merupakan mikroorganisme dan atmosfer memiliki sejumlah besar karbondioksida. Makhluk hidup ketika itu sangat mungkin memanfaatkan hidrogen atau hidrogen sulfida–bukan air–sebagai sumber elektron. Cyanobacteria muncul kemudian, sekitar 3.000 juta tahun silam, dan secara drastis mengubah Bumi ketika mereka mulai mengoksigenkan atmosferpada sekitar 2.400 juta tahun silam. Atmosfer baru ini memungkinkan evolusi kehidupan kompleks seperi protista. Pada akhirnya, tidak kurang dari satu miliar tahun silam, salah satu protista membentuk hubungan simbiosis dengan satu cyanobacteria dan menghasilkan nenek moyang dari seluruh tumbuhan dan alga. Kloroplas pada Tumbuhan modern merupakan keturunan dari cyanobacteria yang bersimbiosis ini.

Pages